Daisypath - Personal pictureDaisypath Anniversary tickers

Wednesday 28 March 2012

One day i feel like "GALAU"

Boleh gak sih sedikit curhat diblog ???
Sekarang tanggal 28 Maret 2012 jam 23.20, yang gue rasain saat ini bingung, gelisah, gak bisa tidur, liatin handphone terus tiap 10 detik. Jangan bilang gue GALAU !
ih engga banget :D
Hari ini hari pertama praktikum di semester ini, antusias sih sebenernya. Tapi karena satu hal, mood gue tiba-tiba langsung drop kaya kejatohan beton dari langit, ilang gitu aja kaya terbang kebawa angin. Bermula dari sms masuk waktu gue lagi praktikum. Seneng tuh, di tanyain juga akhirnya sama si, sebut saja "Marwan" loh ?? Mm, kita sebut dia "T". Pas dia sms gue bales "lagi praktikum". Nah saat itu tuh gue ke ge-eran dikira dia bales lagi, gak tau nya -.-" ENGGA !
Ya oke lah mungkin dia ngerti kalo gue lagi praktikum jadi dia gak sms balik. Tapi kok lama-lama keterusan gak sms nya. Bete dong gue jadinya.
Akhirnya gue telfon si "T". Eh, dia jawabnya lagi ada masalah ditempatnya. Oke gue sabar aja dulu, mungkin momennya gantian jadi dia yang sibuk. Tapi kok lama lagi gak hubungin gue balik. Otomatis muncul lah rasa bad mood itu. Gue sms gak di bales, fix tambah gak karuan mood gue tadi sampe sekarang.
Kalo boleh jujur, akhir-akhir ini gue sering kaya gini. Nunggu suatu hal yang gak pasti. Sama hal nya nunggu orang yang belum tentu dia peduli sama kita (ish pedih banget). Ya tapi ini kenyataan yang gue alami. Gue juga gak bisa suudzon sama si "T" karena gue juga gak tau keadaan yang sebenernya kaya apa. Tapi yang kaya gini ini yang bikin gue jadi mikir negatif.
Wajar sih gue mikir negatif, toh selama ini dia pernah gak jaga kepercayaan gue. Wajar kan gue mikirnya negatif. Komunikasi aja engga, gimana gue bisa tau. Yang ada bingung, resah, gelisah, penasaran yang dirasain. Sebenernya gue gak mau dibilang galau. Tapi, ya untuk kali ini aja gak apa-apa juga kali ya.
Nah, ujung-ujungnya gue jadi ngantuk setelah curhat colongan disini hahhahaaa

Sunday 25 March 2012

Resume Kelompok 4

Struktur Pasar

Pada presentasi yang keempat tentang Struktur Pasar, saya dapat menyimpulkan beberapa point penting, diantaranya :
Pengertian pasar sendiri yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Umumnya suatu transaksi jual beli melibatkan produk (barang) dan jasa dengan uang sebagai alat transaksi pembayaran yang sah dan juga disetujui oleh kedua belah pihak baik penjual dan pembeli yang bertransaksi.
Struktur pasar adalah penggolongan berbagai jenis pasar dilihat dari strukturnya.

Struktur pasar dibagi kedalam beberapa jenis yaitu :
1. Pasar persaingan sempurna
2. Pasar persaingan tidak sempurna

Pasar persaingan sempurna adalah persaingan yang terjadi dimana jumlah penjual dan pembeli yang banyak dengan produk yang bersifat homogen atau produk yang sama. Sifat pasar persaingan sempurna yaitu :
-Jumlah penjual dan pembeli yang banyak
-Jenis barang yang dijual sama
-Penjual bersifat price taker
-Harga ditentukan dengan mekanisme pasar permintaan dan penawaran
-Posisi konsumen atau pembeli dalam hal tawar menawar kuat
-Sulit mendapat keuntungan diatas rata-rata
-Sensitif terhadap perubahan harga
-Mudah masuk dan keluar dari pasar

Sedangkan pasar persaingan tidak sempurna dibagi beberapa jenis yaitu, pasar monopoli, pasar oligopoli, pasar monopolistik, pasar oligopsoni dan pasar duopoli.

Wednesday 21 March 2012

Resume Kelompok 3

PERILAKU PRODUSEN

Resume yang dapat saya ambil dari pembahasan materi Perilaku Produsen yang dibawakan oleh kelompok 3 pada hari Selasa 20 Maret 2012 diantaranya :
Keberhasilan seorang pengusaha dilihat dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.
Dengan perencanaan yang matang, seorang pengusaha mampu memanage perusahaannya yang terkait erat dengan penyusunan strategi, rencana bisnis, serta visi perusahaan. Perencanaan yang matang juga berguna demi tercapainya tujuan perusahaan.
Pengorganisasian, tanpa adanya sistem organisasi dalam suatu perusahaan sama saja artinya perusahaan itu tidak memiliki pondasi yang kuat didalamnya. Perusahaan besar ataupun kecil semestinya membuat suatu susunan organisasi dari level pesuruh hingga manajer agar jelas pekerjaan yang harus dikerjakan oleh masing-masing bagian sehingga tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan.
Pengarahan, seorang manajer perusahaan harus bisa mengarahkan dan membimbing anak buahnya demi tercapainya rencana perusahaan.
Pengendalian atau kontrol juga penting dilakukan agar bisa memantau ataupun mengontrol langsung jalannya perusahaan apakah sudah sesuai dengan rencana atau justru sebaliknya.

Selanjutnya yang dapat saya simpulkan dalam presentasi ini yaitu tentang perilaku produsen dikehidupan sehari-hari. Umumnya pedagang di Indonesia tidak konsisten dengan barang yang dia jual. Mereka menjual suatu barang baik itu sandang, pangan, atau papan hanya didasari musimam saja. Dan terkadang meniru dagangan penjual lain yang terlihat laris manis di masyarakat, lalu latah atau ikut-ikutan menjual barang yang sama dengan maksud mendapat untung besar sama seperti penjual yang dia tiru. Menurut saya cara ini memperlihatkan bagaimana perilaku produsen di negara ini tidak kreatif dan bisanya mencontek kreatifitas orang lain, selain itu jika semakin lama semakin banyak pedagang yang menjual barang yang sama, otomatis masyarakat perlahan akan merasa bosan. Padahal jika pedagang tersebut konsisten dengan apa yang dia jual dan menjual barang yang jarang ada penjual barang tersebut didaerahnya, bukan berarti dia tidak bisa menjadi pengusaha suskes, justru karena konsisten dan konsekuen dengan apa yang dia jual, pembeli pun akan tahu dan hafal kalau barang tersebut hanya bisa didapat di toko ini saja dan tidak ada di toko lainnya.

Sunday 18 March 2012

Resume Kelompok 2

PERILAKU KONSUMEN

Pada materi ini, saya sebagai anggota kelompok 2 membahas tentang perilaku konsumen. Yang dapat saya simpulkan bahwa perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Tujuannya satu yaitu untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi. Perilaku seorang konsumen terhadap konsumen lainnya itu berbeda-beda tergantung sifat dan karakter mereka. Umumnya perilaku konsumen di Indonesia timbul hanya karena gengsi semata.

Contohnya banyak masyarakat kita yang seakan berlomba-lomba menunjukan jati dirinya dengan membeli barang-barang mewah atau high price. Tujuannya hanya satu yakni agar dipandang oleh orang lain. Yang pada kenyataan barang-barang yang mereka beli pun hanya memuaskan hati semata tapi menguras kantong. Padahal ada baiknya jika kita hendak membeli barang, memikirkan baik buruknya barang tersebut bagi kita dan juga memikirkan perlu tidaknya barang tersebut untuk dibeli. Karena kebanyakan masyarakat Indonesia membeli barang tetapi tidak bisa menggunakannya secara maksimal sehingga keuntungan yang diambil oleh pembeli itu sendiri hanya seper-sekian persen dari apa yang dia bayar atau keluarkan.

Perilaku lain yang dapat dijumpai yakni ikut-ikutan, teman pakai barang ini kita ikut beli barang yang sama yang notabene kita tidak terlalu memerlukannya. Hanya sekedar perasaan iri karena teman bisa membeli barang tersebut tapi kenapa saya tidak, sehingga kita rela membeli barang tersebut.

Menurut pendapat saya, perilaku konsumen di Indonesia sendiri sangat beragam motifnya. apalagi perilaku konsumen dunia. Sebagai konsumen yang baik, ada baiknya jika membeli suatu barang atau jasa, kita memikirkan jangka panjangnya, baik buruknya barang tersebut, kegunaan dan keuntungannya barang itu bagi kita, juga kemampuan kita dalam membeli barang tersebut, serta melihat kualitas suatu barang sehingga kita tidak akan menyesal dikemudian hari.

Resume Kelompok 1

PENENTUAN HARGA PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Dalam pembahasan presentasi mata kuliah Softskill Teori Organisasi Umum 2 pada tanggal 13 Maret 2012 yang lalu, saya dapat menyimpulkan beberapa hal terkait dengan harga permintaan dan penawaran. Banyak sekali faktor yang melatar-belakangi harga naik dan turun dari sebuah permintaan, diantaranya :
Harga barang dapat mempengaruhi jumlah barang yang diminta, semakin naik harga barang maka permintaan meningkat, sebaliknya jika harga turun maka permintaan menurun. Harga barang pengganti juga mempengaruhi jumlah barang dan jasa yang diminta. Bila harga barang pengganti lebih murah maka konsumen lebih memilih barang pengganti (subtitusi), tetapi jika harga barang pengganti lebih mahal maka konsumen lebih memilih membeli barang semula. Kemudian barang pelengkap berpengaruh terhadap permintaan barang dan jasa. Pendapatan yang diperoleh seseorang juga berpengaruh terhadap permintaan barang dan jasa, bila pendapatan tinggi maka permintaan barang dan jasa jug tinggi, sebaliknya jika pendapatan turun maka kemampuan untuk membeli barang juga menurun. Selera konsumen juga berpengaruh terhadap permintaan barang yang diminta. Selain itu kebutuhan konsumen berpengaruh juga terhadap jumlah barang yang diminta, jika kebutuhan akan barang tidak mendesak maka permintaan turun. Apabila konsumen memperkirakan bahwa harga suatu barang akan naik maka mereka cenderung akan menambah jumlah barang yang akan dibeli karena khawatir harga akan semakin mahal dikemudian hari. Pertambahan penduduk juga berpengaruh terhadap jumlah barang yang diminta, jika jumlah penduduk bertambah maka akan meningkat pula barang yang diminta.

Selain faktor permintaan diatas, saya juga menyimpulkan faktor harga penawaran suatu barang, diantaranya :
Bila harga barang naik, maka jumlah barang yang ditawarkan juga akan meningkat, sebaliknya jika barang yang ditawarkan turun maka barang yang ditawarkan penjual juga akan turun.
Bila harga barang pengganti meningkat maka penjual akan meningkatkan jumlah barang yang ditawarkan.
Biaya produksi berpengaruh terhadap penawaran barang, jika biaya produksi naik maka harga barang yang diproduksi ikut meningkat. Umumnya penjual tidak mau mengambil resiko rugi.

Permintaan yang meningkat secara signifikan juga akan membuat barang yang diminta tersebut dapat mengalami krisis atau kelangkaan. Contohnya kelangkaan minyak tanah. Dulu sebelum pemerintah mengalihkan penggunaan minyak tanah ke tabung gas, banyak masyarakat kita yang menggunakan minyak tanah untuk keperluan memasak, dikarenakan harga minyak tanah saat itu relatif lebih murah dibanding gas. Maka terjadi peningkatan permintaan akan minyak tanah yang menyebabkan kelangkaan stock minyak tanah di Indonesia menurun drastis. Sehingga pemerintah mengambil jalan lain yaitu dengan menaikan harga minyak tanah yang perlahan juga memperkenalkan gas pada masyarakat. Sehingga sekarang masyarakat beralih menggunakan gas karena mudah didapat dibanding minyak tanah.

Thursday 8 March 2012

Perilaku Kosumen

PERILAKU KONSUMEN


KELOMPOK 2

KELAS 2KA14

ADIT PRASETYO (10110175)

ANEIS TIRTA PERTIWI (10110781)

AYUNDA A. LARASSATI (11110262)

FEBRY SURYA D (12110707)

KINANTAN (13110904)

MUHAMMAD FAJRI (14110690)

RIAN WAHYUDI (15110871)

TIARA SEPTINIA (16110891)

YULIA RAHMAYANTI (18110749)



JURUSAN SISTEM INFORMASI – FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS GUNADARMA

2012


KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Perilaku Konsumen” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, serta keluarganya, para sahabat dan seluruh umatnya yang berada di alam raya ini.

Makalah ini berisikan tentang perilaku-perilaku apa saja yang terjadi di dalam masyarakat beserta beberapa penjabaran contoh kasus yang kerap dialami oleh masyarakat luas.

Dengan demikian kiranya kami berharap agar makalah yang sederhana ini dapat ikut ambil bagian dalam menumbuh kembangkan aspek informasi dan pengetahuan kita semua. Tentunya kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca senantiasa kami harapankan untuk perbaikan di kemudian hari.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini baik secara moril maupun materiil. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kami. Amin Ya Robbalalamin.


Depok, 8 Maret 2012


Penyusun



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ........................................................... 1

DAFTAR ISI ........................................................................... 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ................................................... 3

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH ........................................... 4

1.3 MAKSUD & TUJUAN PENULISAN ........................... 4

BAB II

PEMBAHASAN ................................................................... 5

STUDI KASUS ................................................................... 11

BAB III

PENUTUP ........................................................................... 14

KESIMPULAN ................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 15



BAB I

PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang

“Konsumen, bagaimana dengan perkiraan konsumen yang akan membeli produk kita? Berapa prakiraan konsumen yang akan menggunakan produk ini jika kita lakukan plan A? bagaimana jika plan B kita terapkan? Apakah ada bentuk penanggulangan jika plan A maupun plan B tidak berhasil dilaksanakan?” itulah kalimat-kalimat gundah yang seringkali terdengar di kalangan para pebisnis maupun wirausahawan yang sedang menapaki ranah perdagangan barang dan jasa dalam sebuah rapat perencanaan strategis mereka di bidang pemasaran.

Tak diragukan lagi, sasaran dari pebisnis dan wirausahawan tersebut ialah untuk dapat menjaring konsumen sebanyak-banyaknya agar dapat menggunakan atau membeli produk mereka.

Berbagai cara telah dilakukan oleh pebisnis dan wirausahawan untuk dapat menaikkan rating penjualan atas produk mereka, ada sebagian yang berhasil menarik simpati para konsumen. Namun tidak sedikit pula dari mereka yang akhirnya menemukan kegagalan dalam perencanaan strategi marketing mereka dan terpuruk akibat sedikitnya minat konsumen terhadap produk mereka.

Lalu bagaimana sekarang? permasalahannya ialah, apa yang menyebabkan mereka menjadi gagal dalam memasarkan produk mereka? Mengapa mereka bisa gagal?

Jawaban dari pertanyaan diatas merupakan satu pertanyaan lagi yang memang sudah menjadi pertanyaan klasik di dunia perdagangan barang & jasa. Pertanyaan tersebut ialah bagaimana cara agar konsumen mau dan tertarik untuk membeli produk dari para pebisnis maupun wirausahawan tersebut?

Memang terlihat sedikit lucu dikarenakan untuk menjawab sebuah pertanyaan kita dihadapkan pada pertanyaan lagi. Namun, menurut kami itulah solusi terbaik yang dapat diambil untuk memecahkan kendala-kendala yang dihadapi ketika sebuah stategi marketing gagal dijalankan.

Hal inilah yang mendasari kelompok kami untuk melakukan analisa masalah dalam bentuk makalah terhadap perilaku konsumen di era globalisasi seperti saat ini.


1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka kami dapat mengidentifikasikan masalah yakni sebagai berikut :

-Bagaimana cara memahami perilaku konsumen tentang pandangannya akan suatu produk yang ada?

-Pendekatan-pendekatan apa saja yang sebaiknya dilakukan agar kita dapat memahami seluk beluk perilaku konsumen?


1.3. Maksud & Tujuan Penulisan

Maksud dan tujuan dari penulisan kami ini ialah untuk mengetahui kecenderungan perilaku konsumen dalam menyikapi suatu produk dan juga untuk mengetahui cara dan metode terbaik dalam pemahaman akan perilaku konsumen itu sendiri sehingga para pebisnis dan juga wirausahawan dapat menerapkan strategi terbaik dalam pemasaran produk mereka agar diminati oleh konsumen.


BAB II

PERILAKU KONSUMEN


Perilaku konsumen merupakan suatu proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.

Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.

Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang barang atau jasa (Blackwell, Miniard, & Engel, 2001). perilaku konsumen sendiri dapat di definisikan sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya. Dengan kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi.

Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi yang selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu.

Menurut Handi Irawan, Perilaku Konsumen Indonesia dikategorikan menjadi sepuluh, yaitu :

1. Berpikir jangka pendek (short term perspective), ternyata sebagian besar konsumen Indonesia hanya berpikir jangka pendek dan sulit untuk diajak berpikir jangka panjang, salah satu cirinya adalah dengan mencari yang serba instant.

2. Tidak terencana (dominated by unplanned behavior). Hal ini tercermin pada kebiasaan impulse buying, yaitu membeli produk yang kelihatan menarik (tanpa perencanaan sebelumnnya).

3. Suka berkumpul. Masyarakat Indonesia mempunnyai kebiasaan suka berkumpul (sosialisasi). Salah satu indicator terkini adalah situs social networking seperti Facebook dan Twitter sangat diminati dan digunakan secara luas di Indonesia.

4. Gagap teknologi (not adaptive to high technology). Sebagian besar konsumen Indonesia tidak begitu menguasai teknologi tinggi. Hanya sebatas pengguna biasa dan hanya menggunakan fitur yang umum digunakan kebanyakan pengguna lain.

5. Berorientasi pada konteks (context, not content oriented). Konsumen kita cenderung menilai dan memilih sesuatu dari tampilan luarnya. Dengan begitu,konteks-konteks yang meliputi suatu hal justru lebih menarik ketimbang hal itu sendiri.

6. Suka buatan Luar Negeri (receptive to COO effect). Sebagian konsumen Indonesia juga lebih menyukai produk luar negeri daripada produk dalam negeri, karna bias dibilang kualitasnya juga lebih bagus dibanding produk di Indonesia

7. Beragama(religious). Konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu agama. Inilah salah satu karakter khas konsumen Indonesia yang percaya pada ajaran agamanya. Konsumen akan lebih percaya jika perkataan itu dikemukakan oleh seorang tokoh agama, ulama atau pendeta. Konsumen juga suka dengan produk yang mengusung simbol-simbol agama.

8. Gengsi (putting prestige as important motive). Konsumen Indonesia amat getol dengan gengsi. Banyak yang ingin cepat naik “status” walau belum waktunya. Saking pentingnya urusan gengsi ini, mobil-mobil mewah pun tetap laris terjual di negeri kita pada saat krisis ekonomi sekalipun. Menurut Handi Irawan D,ada tiga budaya yang menyebabkan gengsi. Konsumen Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong orang untuk pamer. Budaya feodal yang masih melekat sehingga menciptakan kelas-kelas sosial dan akhirnya terjadi “pemberontakan” untuk cepat naik kelas. Masyarakat kita mengukur kesuksesan dengn materi dan jabatan sehingga mendorong untuk saling pamer.

9. Budaya lokal (strong in subculture). Sekalipun konsumen Indonesia gengsi dan menyukai produk luar negeri, namun unsur fanatisme kedaerahan-nya ternyata cukup tinggi. Ini bukan berarti bertentangan dengan hukum perilaku yang lain.

10. Kurang peduli lingkungan (low consciousness towards environment). Salah satu karakter konsumen Indonesia yang unik adalah kekurangpedulian mereka terhadap isu lingkungan. Tetapi jika melihat prospek kedepan kepedulian konsumen terhadap lingkungan akan semakin meningkat, terutama mereka yang tinggal di perkotaan begitu pula dengan kalangan menengah atas relatif lebih mudah paham dengan isu lingkungan. Lagi pula mereka pun memiliki daya beli terhadap harga premium sehingga akan lebih mudah memasarkan produk dengan tema ramah lingkungan terhadap mereka.


A. PENDEKATAN PERILAKU KONSUMEN

Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan yaitu:

1. Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal

2. Pendekatan nilai guna Ordinal


Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal

Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal atau sering disebut dengan teori nilai subyektif : dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif / dapat diukur, dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.

- Kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Misalnya: mata uang.

- Setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambah kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu.

Kepuasan marginal (marginal utility). Tambahan kepuasan yang diperoleh dari penambahan jumlah barang yang dikonsumsi. Hukum tambahan kepuasan yang semakin menurun (The Law of Diminishing Marginal Utility). Besarnya kepuasan marginal akan selalu menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus.


Pendekatan nilai guna ordinal

Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga disebut analisis Kurva indeference : manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak kuantitif / tidak dapat diukur. Pendakatan ini muncul karena adanya keterbatasan - keterbatasan yang ada pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti pendekatan cardinal tidak memiliki kelebihan.


Kelemahan pendekatan ordinal

Kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada kenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan.


Persamaan kardinal dan ordinal

Persamaan cardinal dan ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan konsumen yang tertentu pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum utility).


Perbedaan kardinal dan ordinal

Nilai guna (Utility) Kardinal menganggap bahwa besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan / angka.

Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama.


B. KONSEP ELASTISITAS

Dalam ilmu ekonomi, elastisitas adalah perbandingan perubahan proporsional dari sebuah variabel dengan perubahan variable lainnya. Dengan kata lain, elastisitas mengukur seberapa besar besar kepekaan atau reaksi konsumen terhadap perubahan harga. Elastisitas juga merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai dasar analisis ekonomi, seperti dalam menganalisis permintaan, penawaran, penerimaan pajak, maupun distribusi kemakmuran.

Elastisitas Harga Permintaan (Price Elasticity of Demand) adalah tingkat perubahan permintaan terhadap barang/jasa, yang diakibatkan perubahan harga barang/jasa tersebut. Besar atau kecilnya tingkat perubahan tersebut dapat diukur dengan angka-angka yang disebut koefisien elastisitas.

Elastisitas Silang (Cross Elasticity) menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta terhadap perubahan harga barang lain yang mempunyai hubungan dengan barang tersebut. Hubungan tersebut dapat bersifat pengganti, dapat pula bersifat pelengkap. Terdapat tiga macam respons prubahan permintaan suatu barang.

1. Elastisitas silang positif

Peningkatan harga barang A menyebabkan peningkatan jumlah permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga kopi meningkatkan permintaan terhadap teh. Kopi dan teh merupakan dua barang yang dapat saling menggantikan (barang substitutif).

2. Elastisitas silang negatif

Peningkatan harga barang A mengakibatkan turunnya permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga bensin mengakibatkan penurunan permintaan terhadap kendaraan bermotor. Kedua barang tersebut bersifat komplementer (pelengkap).

3. Elastisitas silang nol

Peningkatan harga barang A tidak akan mengakibatkan perubahan permintaan barang B. Dalam kaus semacam ini, kedua macam barang tidak saling berkaitan. Sebagai contoh, kenaikan harga kopi tidak akan berpengaruh terhadap permintaan kendaraan bermotor.

Elastisitas pendapatan

Elastisitas pendapatan adalah suatu perubahan (peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumer yang akan berpengaruh terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perubahan tersebut diukur dengan apa yang di sebut elistisitas pendapatan



CONTOH KASUS

Sebagai contoh kasus, dalam diskusi kali ini kelompok kami akan mengangkat tema tentang blackberry vs android sebagai acuan (contoh nyata) konsumenisme di masyarakat.

Alasan mengapa kami mengangkat tema ini adalah karena melihat dari sisi melonjaknya permintaan terhadap sebuah alat komunikasi yang bersangkutan dengan persaingan pemasaran. Tidak dipungkiri memang kedua produk tersebut adalah produk yang sedang booming di masyarakat terutama pada kalangan remaja. Terdapat beberapa perbandingan yang signifikan, mungkin baik di sisi aplikasi maupun sisi kelebihannya untuk membantu proses kegiatan berkomunikasi dengan orang di seluruh penjuru dunia.


Produk Blackberry

Peminat ponsel Blackberry memang sekarang sedang tinggi-tingginya. Produk asal Kanada ini memang terbukti ampuh dalam merebut pasar dunia. Di Indonesia pun ponsel merek ini mampu membuat trend di kalangan masyarakat. Dari kalangan artis, pejabat, bahkan masyarakat biasa pun banyak menjadi pengguna ponsel Blackberry. Tapi dari begitu populernya Blackberry di mata masyarakat, apakah anda tahu kelebihan dan kekurangan ponsel Blackberry? Untuk itu kami ingin menjelaskan apa sebenarnya kelebihan Blackberry dan apa Kelemahannya. Agar kita tidak hanya mengikuti arus, namun biarlah kebutuhan menjadi pertimbangan dalam memutuskan apakah Blackberry benar-benar menjadi kebutuhan dan solusi bagi anda.


Produk android

Hadirnya ponsel android di Indonesia mampu menarik banyak minat masyarakat khususnya dikalangan remaja untuk berbondong-bondong mencoba produk baru ini. Karena banyaknya aplikasi di android yang menawarkan sesuatu yang berbeda di banding produk sebelumnya. Biasanya produk ini dipakai oleh kalangan gamers. Android membuat gebrakan baru dengan banyaknya versi dan penambahan aplikasi yang semakin canggih dan diminati. Produk ini diperkirakan bisa di sejajarkan dengan aplikasi yang terdapat di dalam produk Blackberry.


Keunggulan dan kelemahan Blackberry dan Android

1. Performance

Blackberry : Cepat dan stabil. Namun terkadang sering terjadi phone-hang yang mengharuskan Anda mengeluarkan baterai dari tempatnya dan yang paling merepotkan adalah proses re-boot yang menghabiskan waktu sekitar 3-8 menit.

Android: Sangat cepat. Belum ada keluhan tentang phone-hang yang mengharuskan baterai di keluar secara paksa dari tempatnya, kecuali jika menggganti SIM card. Proses re-boot berlangsung cepat.

2. Baterai

Blackberry : Umur baterai BB memang luar biasa. Ya, wajar saja karena BB tidak banyak melakukan proses berbagai aplikasi seperti pada Android.

Android : Tergolong boros, terkadang bisa sampai satu hari. Namun harus diingat bahwa ponsel Android memakai baterai untuk banyak hal. Contohnya jika Anda memakai ponsel Android untuk browsing web atau melihat video sampai dengan 1 jam, pastinya membutuhkan daya baterai lebih. Dan, bisakah BlackBerry melakukan hal yang sama selama itu?

3. Email

Blackberry : Email pada BB memang menjadi andalan RIM. Gmail pada BB pun telah dioptimalkan fungsinya, tapi tentu saja tidak sebaik pada Android.

Android : Apa yang Anda ragukan dari Gmail buatan Google yang dijalankan pada Android yang juga buatan Google?

4. User Interface (UI)

Blackberry : Membosankan.

Android : Anda bahkan tidak akan merasa lelah untuk menjelajah setiap sudut ponsel Android. Dijamin.

5. Web Browsing

Blackberry : Sangat melelahkan karena Anda harus mengakui itu.

Android : Disinilah letak kelebihan Android. Android menjadi pemenang jika dibandingkan dengan semua mobile OS. Jika membandingkan web browsing pada Android dengan Blackberry, seperti siang dan malam saja. Jauh berbeda.

6. Aplikasi

Blackberry : Blackberry memang memiliki segudang aplikasi, tapi di saat yang sama iPhone juga semakin jauh meninggalkan Blackberry. Jadi lebih baik melihat apa yang bisa dilakukan Blackberry untuk menyusul ketertinggalannya di belakang iPhone OS dan Android.

Android : Semakin banyak aplikasi yang dulunya hanya ada di iOS, kini sudah ada versi Android-nya. Pesaing sebenarnya dari Android adalah iPhone, bukan Blackberry


BAB III

PENUTUP


Kesimpulan

Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.

Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.

Perilaku konsumen sendiri dapat di definisikan sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakuk.an pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi


DAFTAR PUSTAKA


Referensi :

Mangkoesoebroto, Guritno, 1993, ”Ekonomi Publik,” Yogyakarta: BPFE

Rosen, Harvey S., 1999, ”Public Finance,” 5th ed, United States: McGraw-Hill Companies

Sudarman, Ari, 2000, ”Teori Ekonomi Mikro,” Buku 1, Yogyakarta: BPFE

http://fachmiulilmaulana.blogspot.com/2010/11/tipe-tipe-konsumen_1853.html

http://ariefsz.blogspot.com/2011/04/pendekatan-kardinal-dan-ordinal.html

http://arvisajah2.blogspot.com/2011/02/elastisitas-pendapatan-income.html

http://drfadli.blogdetik.com/files/2010/05/konsepelatisitas.pdf

Plurk

Follow

Total Pageviews